Guruku pernah berkata, tulislah apa yang ada di pikiranmu jika kau ingin menjadi seorang penulis bahkan jika itu tak penting.
Ini untuk hal yang penting bagiku, soal perasaanku yang tak dapat aku ungkapkan.
biar dia tak tahu, akan kuungkap pada dunia.
To : P.Y
Ini untuk hal yang penting bagiku, soal perasaanku yang tak dapat aku ungkapkan.
biar dia tak tahu, akan kuungkap pada dunia.
To : P.Y
Aku
menyukaimu dan menyayangimu sebagai kakakku. Kau tahu sendiri, aku anak
pertama, dan aku begitu mendamba sosok seorang kakak.
Aku
mengenalmu, dekat denganmu dan mulai merasa nyaman disekitarmu. Kau begitu
baik, dewasa dan perhatian. Pertaman aku mengagumimu, dari aku duduk di bangku
kelas sepuluh, hingga kini, aku bisa berada di sisimu.
Di kelas
11 aku tidak begitu dekat denganmu… tapi di kelas 11 itu, aku mulai
menyayangimu. Kau tahu? Kau special
bagiku. Bukan sekedar teman biasa. Aku pernah bertanya padamu, apa kita bisa
menjadi adik-kakak? Tidak, saat itu aku sudah terlambat. Saat itu kau telah
memiliki seseorang yang sungguh kau sayang sebagai adikmu. Aku jelas sedih,
namun aku tak berniat jauh darimu untuk mengubur lukaku.
Aku
tetap di dekatmu, sampai saat ini, aku tetap menjadi sosok semu di sekitarmu.
Aku tetap mengagumimu, memperhatikanmu dan semakin menyayangimu. Apa kau tahu?
Banyak hal yang tak dapat aku sampaikan padamu. Banyak waktu dimana aku
memikirkanmu… banyak saat dimana aku cemburu pada orang yang dekat denganmu,
banyak kata yang tertahan di hatiku saat aku ingin mengungkapkan apa yang aku
rasakan. Sayang, sedih, cemburu.
Setiap
mulutku hampir terbuka, selalu aku urungkan niatku.
Aku
takut, pengakuanku menjadi beban untukmu. Satu hal yang tak akan aku lakukan
untukmu, adalah menjadi beban bagimu. Aku tak ingin kau gundah saat aku berkata
tentang semuanya. Karena aku tahu, teman sangat berarti bagimu, dan kau tidak
mungkin menyakiti orang yang kau sayang. Kau tidak mungkin begitu saja berkata
bahwa kau tak merasakan hal apapun atas diriku tanpa rasa sesak di hatimu.
Aku tak
ingin menyakitimu dengan kasih sayangku.
Aku
hanya ingin di sisimu, menemanimu saat tak ada dia di sisimu. Aku hanya akan
menjadi pengganti hadirnya, dan aku menerima peranku. Dan saat ia ada, aku akan
selalu menyadarkan akal sehatku untuk mundur dari hadapmu.
Ini
semua bukan hal mudah, ini bahkan bisa membuat airmataku terjatuh. Namun hanya
ini pilahan yang aku punya, agar dapat tetap bersamamu.
Dapatkah
kau mengerti maksudku? Dapatkah kini kau mengerti mengapa terkadang aku
bertindak aneh dan berkata ‘marah’ padamu. Aku cemburu saat itu, aku sedih saat
itu. Dan hanya dengan berkata ‘aku marah padamu’, aku bisa mengungkapkan isi
hatiku dengan makna tersirat. Dengan kalimat itu, aku mencoba menyadarkan
diriku bahwa aku tak bisa selalu berpura-pura baik-baik saja di depanmu.
Namun
tetap… sampai saat ini aku berpura-pura baik-baik saja di depanmu. Hingga
nanti, atau selamanya.
Aku
ingin kau tau semua ini, tidak, aku harap kau tidak tahu semua ini. Biarkan aku
tetap menjadi bayang di hidupmu…
Bukan
berlagak sok kuat, aku hanya tak bermaksud mengganggu ikatanmu dengannya.
Karena aku sadar ia yang terbaik untukmu.