Aku bertanya-tanya,
Sampai kapan?
'Sampai kapan kita akan bersama?'
Itu pertanyaanku ketika kita di hari kemarin berdua bersama.
Lalu,
'Sampai kapan kita seperti ini?'
Itu pertanyaanku ketika kita nampak seperti ombak.
Pasang surut, kedekatan kita berdua sungguh tak menentu.
Kita tertawa, bercanda, saling mengejek.
Kita nampak seperti sangat akrab, seolah kita telah bersama dalam waktu yang lama.
Kita saling melempar senyum, seolah ingin menyampaikan kasih yang tak pernah terucap.
Aku pikir kita lebih dari sekedar teman. Sahabat? atau apa? ah, seperti itulah.
Yang pasti, dirimu special bagiku.
Dan akupun merasa, aku special bagimu.
Terlalu percaya diri, mungkin begitulah aku mencemooh diriku sendiri.
Aku tak special untukmu.
Aku tak pernah melewati garis 'teman' bagimu.
Kau memang bersikap lebih perhatian, tapi itu hanyalah basa-basi sebagai teman yang menaungi kelas yang sama. Ya, kan?
Aku tahu, aku sadar.
Hingga pertanyaan baru muncul,
'Sampai kapan? sampai kapan aku menyayangimu?'
'Sampai kapan aku memperhatikanmu dari jauh?'
'Sampai kapan aku berpura-pura baik-baik saja sedang faktanya aku terluka.'
Aku terlalu berharap padamu.
'Sampai kapan?'
'Sampai kapan aku dan kamu dalam cerita ini?'
Dalam diam yang tak berujung ketika aku yang selalu menjadi burung yang berkicau kini diam.
Sampai kapan?
'Sampai kapan kita akan bersama?'
Itu pertanyaanku ketika kita di hari kemarin berdua bersama.
Lalu,
'Sampai kapan kita seperti ini?'
Itu pertanyaanku ketika kita nampak seperti ombak.
Pasang surut, kedekatan kita berdua sungguh tak menentu.
Kita tertawa, bercanda, saling mengejek.
Kita nampak seperti sangat akrab, seolah kita telah bersama dalam waktu yang lama.
Kita saling melempar senyum, seolah ingin menyampaikan kasih yang tak pernah terucap.
Aku pikir kita lebih dari sekedar teman. Sahabat? atau apa? ah, seperti itulah.
Yang pasti, dirimu special bagiku.
Dan akupun merasa, aku special bagimu.
Terlalu percaya diri, mungkin begitulah aku mencemooh diriku sendiri.
Aku tak special untukmu.
Aku tak pernah melewati garis 'teman' bagimu.
Kau memang bersikap lebih perhatian, tapi itu hanyalah basa-basi sebagai teman yang menaungi kelas yang sama. Ya, kan?
Aku tahu, aku sadar.
Hingga pertanyaan baru muncul,
'Sampai kapan? sampai kapan aku menyayangimu?'
'Sampai kapan aku memperhatikanmu dari jauh?'
'Sampai kapan aku berpura-pura baik-baik saja sedang faktanya aku terluka.'
Aku terlalu berharap padamu.
'Sampai kapan?'
'Sampai kapan aku dan kamu dalam cerita ini?'
Dalam diam yang tak berujung ketika aku yang selalu menjadi burung yang berkicau kini diam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar