Hujan Salju

Sabtu, 07 September 2013

Filosofi Angsa : Perjalanan Ke Selatan



FILOSOFI ANGSA

Diambil dari buku SHOLA (sahabat sekolah), penerbit : Harapan Makmur

            Kalau kita tinggal di Negara empat musim, maka pada musim gugur akan terlihat rombongan angsa terbang kearah selatan untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk “V”. Ternyata, formasi tersebut bukan sesuatu yang kebetulan atau sia-sia. Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa rombongan angsa tersebut terbang dengan formasi “V”, dan mencoba belajar daripadanya.

1.     Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan “daya dukung” bagi burung yang terbang tepat di belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk menembus “dinding udara” di depannya. Dengan terbang dengan formasi “V”, seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burung terbang sendirian.

Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling berbag dalam komunitas mereka, dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.

2.      Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.

Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama-sama.

3.      Ketika angsa pemimpin yang terbang di depannya menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntuntan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas, dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber daya lainnya.

4.      Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan, bukan melemahkan.

5.      Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka atau jatuh tertembak, dua angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka.
Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik-baik saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar